TUGAS
KE 2 Kesehatan Mental (Soft Skill)
Nama : Riantoro Yogi
Kelas : 2 PA 14
Npm : 17513580
1.
Penyesuaian
diri dan pertumbuhan :
A.
Penyesuaian
Diri
Penyesuain diri dalam bahasa
aslinya dikenal istilah adjustment atau personal adjustment.
Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan
penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) .
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan
sama dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada
umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis,
atau biologis. Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan
lingkungan yang sepi seperti di perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah
ke tempat ramai seperti perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus
bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan
sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma.
Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa
di sana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah
bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ),
yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam
cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak
terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia
tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan
pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.
Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang
hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru,
mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan
tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan
respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang
dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan
harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan.Wholesome maksudnya
adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam
hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang
ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku
di lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu
menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat
relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam beradaptasi baik dari dalam
maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, karena
berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah
karena adanya
perbedaan kualitas penyesuaian diri antara satu masyarakat atau
budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya
perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan
turun dalam penyesuaian diri.
B.
Penyesuaian Personal
Manusia merupakan makhluk
individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik
atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah
kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap
keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan
hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang
secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada
disekitarnya apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu
berada di dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang
berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh
dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang
tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti
akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
2.
Stress
A.
Arti
penting stress
Stress
menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dikatan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat
tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan, maka tubuh
akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang
tersebut dapat mengalami stress. Respon tindakan ini termasuk respon fisiologin
dan psikologis.
Menurut Sarafino (1990) stress kerja dapat disebabkan karena :
a. Lingkungan fisik yang terlalu
menekan
b. Kurangnya kontrol yang dirasakan
c. Kurangnya hubungan
interpersonal
d. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan
kerja
Ø Stress yang berasal dari lingkungan : lingkungan yang dimaksud
disni adalah lingkungan fisik, seperti : kebisingan, suhu yang terlalu panas,
kesesakan, dan angin badai (tornado,tsunami). Stressor lingkungan mencakup juga
stressor secara makro seperti migrasi, kerugian akibat teknologi
modern seperti kecelakaan lalu lintas, bencana nuklir (Peterson dkk, 1991) dan
faktor sekolah (Graham,1989).
B.
Tipe – Tipe stress dalam psikologis
Tipe-tipe stress :
1. Tekanan : hasil hubungan antara
peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan
akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas.
Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada
kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa
persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda boleh
mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran
baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi
pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental
anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya
menggangu kesehatan anda.
2. Frustasi : adalah suatu harapan
yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Konflik : Berasal dari kata
kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
4. Kecemasan : Banyak
pengertian/definisi yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian
tentang kecemasan.
C.
Symptom
-reducing responses terhadap stress
·
Pengertian symptom -reducing responses terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan
seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan
terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu
memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
·
Mekanisme Pertahanan Diri
Indentifikasi adalah suatu cara yang
digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya, maka
mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
·
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh
kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain.
Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi
olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
·
Overcompensation / Reaction Formation
Perilaku seseorang yang gagal
mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
·
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme
sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
·
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku
dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek diluar diri atau
melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu Proyeksi lebih rendah
daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namu n
ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
·
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam
diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seorang wanita
mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut ke dalam
pribadinya.
·
Reaksi
Konversi
Secara singkat mengalihkan koflik ke
alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya belum belajar saat
menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi pucat berkeringat.
·
Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi siang.
·
Supresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls
yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal
yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata "Sebaiknya kita
tidak membicarakan hal itu lagi."
·
Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang penderita
diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
·
Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena malu maka ia
menarik diri dari perkumpulannya.
·
Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi,
misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memilki keberanian
untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang
yang ia cintai.
·
Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak
terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos
sekolah.
·
Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan
karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D.
Pendekatan Problem
Solving terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani
stress yaitu menggunakan metodebiofeddback, tekniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri
juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri.
Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah
dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan).
·
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress
Menghilangkan stress mekanisme pertahanan
dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus penanganan stress
atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping
yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah istilah
Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang
digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
2. Coping
yang berfokus pada emosi (problem focused coping)adalah isitlah Lazurus
untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan respon terhadad
situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penialaian
defensif.
SUMBER
·
Christian,M.2005.Jinakkan stress.Bandung:Nexx Media
·
Smet,Bart.1994.Psikologi kesehatan.Jakarta:Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar