Nama :
Riantoro Yogi Saputra
Kelas
/ Npm : 3pa14 / 17513580
PSIKOTERAPI
A.
Pengantar
1.
Pengertian
Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang
berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy)
berasal dari dua kata, yaitu "Psyche"
yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan.
Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan,
terapi mental, atau terapi pikiran.
Dalam
Oxford English Dictionary, kata “Psychotherapy” tidak tercantum, tetapi terdapat
kata “Psychotherapetic” yang
diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan menggunakan teknik
psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Menurut
Watson &
Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis,
pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan
terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu
pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan
mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.
2. Tujuan Psikoterapi
Tujuan
dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang
banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey
(1991):
a. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan
menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam
menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
c. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et
al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang
menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata
atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi
pertumbuhannya yang unik.
d. Tujuan
psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk
memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak,
sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa
mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
e. Tujuan
psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk
menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola
perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
f. Sehubung
dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan
pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang
menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan
toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
g. Corey
(1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif
terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang
menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara rasional dan toleran.
h. Tujuan
psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al
(1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab
terhadap arah kehidupan seseorang.
i.
Corey (1991) merumuskan tujuan terapi
Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari
pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada
di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap
dorongan-dorongan dari dunia luar.
Jadi,
dapat disimpulkan tujuan psikoterapi yaitu.
1. Mengubah perilaku yang tidak diinginkan
2. Mencari ‘growth experience’
3. Mengubah perilaku yang menyebabkan klien merasa tidak
bahagia
4. Rekonstruksi karakter dan kepribadian
5. Klien dapat melakukan kontrol diri lebih baik
3. Unsur
– unsur Psikoterapi
Menurut
Masserman (Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang
mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk
:
·
Peran sosial (martabat) psikoterapis,
·
Hubungan (persekutuan terapeutik),
·
Hak,
·
Retrospeksi,
·
Re-edukasi,
·
Rehabilitasi,
·
Resosialisasi dan rekapitulasi.
Adapun
unsur-unsur lain dalam psikoterapi, yaitu :
a. Dua individu saling terikat dalam interaksi yang
bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
b. Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
c. Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
d. Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu
pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.
4. Perbedaan
antara Psikoterapi dan Konseling
Ivey
& Simek-Downing (1980) berpendapat bahawa psikoterapi adalah proses jangka
panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang
lebih besar dalam struktur kepribadian. Sedangkan konseling dikemukakan oleh
mereka sebagai suatu proses yang lebih insentif berhubungan dengan upaya
membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif.
Berdasarkan pengertian dari Ivey dan SImek-Downing dapat disimpulkan bahwa
perbedaannya terletak pada waktu. Psikoterapi merubah kepribadian seseorang
dengan jangka waktu yang lama, sedangkan konseling hanya membantu seseorang
yang normal agar lebih efektif dna mencapai tujuannya.
Dilihat
dari Metode, perbedaan antara konseling dan psikoterapi tidak besar karena
berbagai metode bias dipakai keduanya, seperti rapport, menerima dan menghargai
hakikat dan martabat pasien, kualitas hubungan dengan pembatasan-pembatasannya.
Namun, perbedaan antara keduanya diungkapkan oleh Stefflre & Grant (1972)
yaitu konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit
waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan
masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih
memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan
pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih
menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.
5. Pendekatan
Terhadap Mental Illness
-
Behavior Therapy
Pendekatan terapi
perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang
melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical
conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior
therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi
(hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular,
penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan
karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam
hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka
respon saya adalah perilaku ketakutan". Tokoh lain dalam pendekatan
Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant
conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap
hadiah dan menghindari hukuman. Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam
pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP),
Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant
Conditioning, Observational Learning, Contingence
-
Cognitive Therapy
Terapi Kognitif
(Cognitive Therapy) memiliki konsep bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada
memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive
Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan
disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert
Ellis dan Aaron Beck. Yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah
Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning,
Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive
Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)
dan sebagainya.
B.
Terapi
Psikoanalisis
1. Konsep
Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis
sebagai psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada
seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang
ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang
traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula menggunaka teknik
hipnosis, namun setelah diketahui bahwa tidak semua orang mudah dan bisa
dilakukan hipnosis, Freud kemudian menggunakan asosiasi bebas. Menggunakan
teknik ini pasien bebas mengemukakan apapun yang ingin ia kemukakan termasuk
hal yang tadinya ditekan di bawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik.
Namun, dengan adanya rasa bersalah dan mekanisme pertahanan diri akan
menghambat pelaksanaan asosiasi bebas.
Teori
psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda
dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut antara lain
adalah insting, tingkat kepribadian, struktur kepribadian, kecemasan, dan
perkembangan kepribadan.
2. Unsur
- unsur Terapi Psikoanalisis
·
Timbulnya gangguan
Terapis
melakukan upaya memunculkan
penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk
lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat
kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri
klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat
·
Tujuan terapi
Fokus
dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami
masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang
dialaminya.
·
Peran terapis
Memberi
bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan
keefektifan dalam melakukan hubungan
personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis, juga membangun
hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis
memberikan perhatian khusus jika klien memberikan penolakan, serta mendengarkan
dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
3. Teknik
Terapi Psikoanalisis
·
Asosiasi bebas, adalah suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan
dg situasi2 traumatik di masa lalu
·
Penafsiran, adalah suatu prosedur dalam
menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi. Bentuk nya
sama dengan tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien
makna2 t.l
·
Analisis Mimpi, adalah suatu prosedur yg
penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas
beberapa area masalah yg tak terselesaikan
·
Analisis dan Penafsiran Resistensi, ditujukan
untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia
bias menanganinya
·
Analisis & Penafsiran Transferensi,
adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan
kembali masa lalu nya dalam terapi.
Sumber :
Gunarsa,
S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
Corey,
G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar