Rabu, 23 Maret 2016

Tugas 1 (Psikoterapi #)

Nama               : Riantoro Yogi Saputra
Kelas / Npm    : 3pa14 / 17513580

PSIKOTERAPI
A.    Pengantar
1.      Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Dalam Oxford English Dictionary, kata “Psychotherapy” tidak tercantum, tetapi terdapat kata “Psychotherapetic” yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan menggunakan teknik psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Menurut Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.
2.      Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
a.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b.      Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
c.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
d.      Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
e.       Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
f.       Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
g.      Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
h.      Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
i.        Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Jadi, dapat disimpulkan tujuan psikoterapi yaitu.
1.      Mengubah perilaku yang tidak diinginkan
2.      Mencari ‘growth experience
3.      Mengubah perilaku yang menyebabkan klien merasa tidak bahagia
4.      Rekonstruksi karakter dan kepribadian
5.      Klien dapat melakukan kontrol diri lebih baik

3.      Unsur – unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
·         Peran sosial (martabat) psikoterapis,
·         Hubungan (persekutuan terapeutik),
·         Hak,
·         Retrospeksi,
·         Re-edukasi,
·         Rehabilitasi,
·         Resosialisasi dan rekapitulasi.
Adapun unsur-unsur lain dalam psikoterapi, yaitu :
a.       Dua individu saling terikat dalam interaksi yang bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
b.      Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
c.       Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
d.      Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.
4.      Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Ivey & Simek-Downing (1980) berpendapat bahawa psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar dalam struktur kepribadian. Sedangkan konseling dikemukakan oleh mereka sebagai suatu proses yang lebih insentif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif. Berdasarkan pengertian dari Ivey dan SImek-Downing dapat disimpulkan bahwa perbedaannya terletak pada waktu. Psikoterapi merubah kepribadian seseorang dengan jangka waktu yang lama, sedangkan konseling hanya membantu seseorang yang normal agar lebih efektif dna mencapai tujuannya.
Dilihat dari Metode, perbedaan antara konseling dan psikoterapi tidak besar karena berbagai metode bias dipakai keduanya, seperti rapport, menerima dan menghargai hakikat dan martabat pasien, kualitas hubungan dengan pembatasan-pembatasannya. Namun, perbedaan antara keduanya diungkapkan oleh Stefflre & Grant (1972) yaitu konseling ditandai oleh jangka waktu yang lebih singkat, lebih sedikit waktu pertemuannya, lebih banyak melakukan evaluasi psikologis, lebih memperhatikan masalah sehari-hari klien, lebih memfokuskan pada aktivitas kesadaran, lebih memberikan nasihat, kurang berhubungan dengan transferens, lebih menekankan pada situasi yang riil, lebih kognitif dan berkurang intensitas emosi, lebih menjelaskan atau menerangkan dan lebih sedikit kekaburannya.
5.      Pendekatan Terhadap Mental Illness
-         Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan". Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingence
-         Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) memiliki konsep bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Yang termasuk dalam pendekatan kognitif adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

B.     Terapi Psikoanalisis
1.      Konsep Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis sebagai psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Semula menggunaka teknik hipnosis, namun setelah diketahui bahwa tidak semua orang mudah dan bisa dilakukan hipnosis, Freud kemudian menggunakan asosiasi bebas. Menggunakan teknik ini pasien bebas mengemukakan apapun yang ingin ia kemukakan termasuk hal yang tadinya ditekan di bawah-sadarnya, tanpa dihambat atau dikritik. Namun, dengan adanya rasa bersalah dan mekanisme pertahanan diri akan menghambat pelaksanaan asosiasi bebas.
Teori psikoanalisis memiliki beberapa konsep-konsep utama yang khas dan berbeda dengan teori-teori kepribadian yang lain. Konsep-konsep tersebut antara lain adalah insting, tingkat kepribadian, struktur kepribadian, kecemasan, dan perkembangan kepribadan.
2.      Unsur - unsur Terapi Psikoanalisis
·         Timbulnya  gangguan
Terapis melakukan upaya  memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan yang dimiliki klien, untuk lebih mengenal penyebab gangguan yang dialaminya, kemudian terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien mengalami gangguan, diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat
·         Tujuan terapi
Fokus dalam usaha penguatan diri klien, agar dikemudian hari bila klien mengalami masalah yang serupa, maka klein akan lebih siap menghadapi gangguan yang dialaminya.
·         Peran terapis
Memberi bantuan kepada klien untuk mencapai kesadaran diri, keyakinan, kejujuran, dan keefektifan  dalam melakukan hubungan personal, menangani kecemasan atau depresi secara realistis, juga membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis memberikan perhatian khusus jika klien memberikan penolakan, serta mendengarkan dengan sabar tentang kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
3.      Teknik Terapi Psikoanalisis
·         Asosiasi bebas, adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu
·         Penafsiran, adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi2 bebas, mimpi2, resistensi2 dan transferensi. Bentuk nya sama dengan tindakan analis yg menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna2 t.l
·         Analisis Mimpi, adalah suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan2 yg tidak disadari dan memberikan kpd klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan
·         Analisis dan Penafsiran Resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan2 yg ada dibalik resistensi shg dia bias menanganinya
·         Analisis & Penafsiran Transferensi, adalah teknik utama dalam Psikoanalisis krn mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi.


Sumber :
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia

Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar