Minggu, 17 April 2016

Contoh Kasus Tugas Soft Skill ke 2

Nama              : Riantoro Yogi Saputra
Kelas / Npm   : 3PA14 / 17513580
 


CONTOH KASUS
Menyesal Kecanduan Narkoba, Rio Reifan Ingin Taubat

Rio Reifan saat menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan [Foto: Panji Diksana/Liputan6.com]
Liputan6.com, Jakarta Rio Reifan harus menjalani sidang kasus kepemilikan narkoba di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (29/6/2015). Artis 30 tahun itu mengaku menyesal telah kecanduan barang haram tersebut.
Diakui Rio, semenjak diciduk polisi awal 2015 lalu, dirinya banyak mengalami kerugian. "Menyesal banget, banget, banget. Saya kehilangan banyak hal dari hidup saya, sangat banyak," kata Rio Reifan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (29/6/2015).

Rio Reifan usai menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan [Foto: Panji Diksana/Liputan6.com].

Makanya, momentum Ramadan kali ini membuat Rio Reifan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Artis yang melejit berkat sinetron Cahaya itu mengaku ingin bertaubat dari kesalahannya yang lalu.
"Iya pengin (taubat) banget. Di sel alhamdulillah selalu puasa. Kalau ada masalah kayak gini, terus saya nggak puasa kan kebangetan. Saya berusaha dekat kepada Allah," pungkas Rio Reifan.




Rio Reifan

Analisis
Rio Reifan tertangkap pada 8 Januari 2015 di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, pukul 03.30 WIB. Ketika ditangkap, polisi mengamankan barang bukti berupa satu buah tas kecil warna hitam. Di dalamnya terdapat dua kantong plastik. Kantong pertama berisi narkoba jenis sabu seberat 0,48 gram. Sementara kantong kedua, berisi narkoba jenis sabu dengan berat 1,75 gram, beserta dua alat hisap.
Menurut saya, proses terapi yang diberikan kepada Rio adalah logo terapi dari Frankl, karena menurut Frank, logo terapi mempunyai arti sebagai nilai hidup seorang manusia yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia. Selama menjalani hukuman Rio juga direhabilitas oleh BNN karena kecanduan narkoba, dan menurut saya dalam rehabilitiasi yang dilakukan oleh BNN, mereka menerapkan konsep terapi Will-to-meaning yang merupakan kemampuan untuk menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning ini suaatu dorongan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis di dunia. Merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will-to-meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya. Dari terapi yang didapatinya Rio dapat mulai bangkit dari keterpurukannya akibat kecanduan narkoba dan lebih menghargai hidupnya dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dengan menjauhi narkoba.


Sabtu, 16 April 2016

Terapi Humanistik Eksistensialis, Person Centered Therapy, LogoTerapi

Nama              : Riantoro Yogi Saputra
Kelas / Npm   : 3PA14 / 17513580
 


A.    Terapi Humanistik Eksistensialis
Tokoh dari humanistik eksistensial adalah Abraham Maslow yang terkenal dengan teori aktualisasi diri. Selain itu, ada tokoh lain dari humanistik eksistensial yaitu Carl Rogers yang dikenal dengan metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (Client-Centered Therapy). Dasar dari terapi humanistik eksistensial adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Teori humanistik eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan humanistik eksistensial merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi.
Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi terapis bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pedekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses terapeutik. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi humanistik eksistensial adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.
Terapis humanistik eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Terapi humanistik eksistensial menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak seseorang masih bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandasankan keunikan masing-masing individu.

1.      Konsep Dasar Pandangan Humasnistik Eksistensialis Tentang Perilaku / Kepribadian
·         Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
·         Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).
·         Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan
2.    Unsur – unsur Terapi
a.       Munculnya gangguan
Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b.      Tujuan Terapi :
·         Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri da pertumbuhan.
·         Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu kliem menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
·         Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
c.       Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
·         Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
·         Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·         Mengakui sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
·         Berorientasi pada pertumbuhan
·         Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·         Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·         Memandang terapis sebagai model, bisa secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·         Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·         Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

3.      Tehnik – tehnik Terapi
Teori eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapi bisa dipungut dari beberapa teori terapi lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas terapis di sini adalah menyadarkan klien bahwa klien masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila klien memaknainya.  Adapun empat teknik dalam terapi ini :
a.       Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan       sikap klien untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
b.      Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka  terhadap dunia.
c.       Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi diri diterima.
d.      Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah pelajari tentang diri sendiri, kemudian klien    didorong untuk mengaplikasian barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk  menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.

B.     Person Centered Therapy (Rogers)
       Pendekatan person-centered therapy menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan. Konsep dasar dari terapi ini adalah hal-hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self) dan aktualisasi diri.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai "aku" atau "diriku".
1.      Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang perilaku / kepribadian
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dengan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis akan mellihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.
2.      Unsur – unsur terapi
a.       Munculnya Gangguan
Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat,  inkongruensi, sikap defensif, dan disorganisasi. Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada kerentanan, kecemasan, dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif yang tidak bersyarat. Inkongruensi berkembang saat diri orgasmik dan diri yang dirasakan tidak selaras. Saat diri organismik dan diri yang dirasakan tidak kongruen, manusia cenedrung menjadi defensif serta menggunakan distorsi dan penyangkalan sebagai usaha untuk mengurangi inkongruensi. Manusia yang mengalami disorganisasi saat distorsi dan penyangkalan tidak cukup untuk menahan inkongruensi. Orang-orang yang cenderung tidak menyadari inkongruensi mereka, memungkinkan untuk merasa lebih cemas, terancam, dan defensif.
b.      Tujuan Terapi
Rogers (1980) memberikan penjelasan sesuai dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa mereka dihargai dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan menerima diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat terhadap diri mereka.
c.       Peran Terapis
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.

Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan hubungan konseling.
Selain peranan diatas, peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat. Dalam suasana yang demikian, konselor merupakan agen pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut.
3.      Teknik – teknik terapi
Secara garis besar, teknik-teknik dalam person-centered therapy adalah:
·         Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi
·         Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami
·         Konselor memungkinkan klien untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri, dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.

C.    Logo Terapi (Frankl)
1.      Konsep dasar pandangan Frankl tentang perilaku / kepribadian
Logoterapi berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti spirit (semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia, dan arti ini lebih antropologis daripada teologis. Kedua adalah meaning yaitu nilai hidup sebagai seorang manusia. Singkatnya, logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu asti dalam dan bagi eksistensi manusia. Tiga konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain :
a.       Freedom of will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Manusia bebas menentukan sikap dalam menghadapi kondisi disekitar, bebas membuat rencana di luar komponen komponen psikisnya. Lebih merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi menghadapi diri sendiri.
b.      Will-to-menaing
Merupakan kemampuan untuk menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning ini suaatu dorongan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis di dunia. Merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam hidupnya. Will-to-meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk memberikan sedapat mungkin nilai bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan sebanyak mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya.
c.       The meaning of life
Merupakan arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksud adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk di respon, karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan tiddak hanya berupa kata0kata tapi dalam bentuk tindakan.
            Menurut Victor Frankl, makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga sserta memberikan nilai khusus bagi seseorang sehingga layak dijadikan tujuan hidup dalam kehidupan. Bila hal ini berhasil dipenuhi, akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perassaan bahagia.Kebahagiaan menurut Victor Frankl merupakan hasil sampingan atau ganjaran atas keberhasilan meraih hidup yang bermakna.
2.      Unsur – unsur terapi
a.       Munculnya Gangguan
Logoterapi inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
b.      Tujuan Terapi:
·         memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya.
·         menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
·         memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
c.       Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis. Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah ini.
·         Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
·         Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
·         Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
·         Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
·         Memberi makna lagi pada penderitaan
Di sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
·         Menekankan makna kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
·         Menekankan makna cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
3.      Teknik – teknik terapi
Dijelaskan dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal, Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
·         Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.
·         Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006) percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
·         Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.


SUMBER

Corey, Gerald.(2009). Toeri dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika Adiatma
https://vanitya.wordpress.com/2015/06/13/245/
http://mariathahera11.blogspot.co.id/2015/04/terapi-humanistik-eksistensial.html
Latipun.(2008).Psikologi Konseling.Malang: UMM Press
Bastaman, Djumhana, dkk. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cahyono, J. B. S. B. 2011. Meraih kekuatan penyembuhan diri yang tak terbatas. Jakarta: PT

http://showbiz.liputan6.com/read/2262271/menyesal-kecanduan-narkoba-rio-reifan-ingin-taubat