Nama : Riantoro Yogi Saputra
Kelas / Npm : 3PA14 / 17513580
A. Terapi Humanistik Eksistensialis
Tokoh dari
humanistik eksistensial adalah Abraham Maslow yang terkenal dengan teori
aktualisasi diri. Selain itu, ada tokoh lain dari humanistik eksistensial yaitu
Carl Rogers yang dikenal dengan metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu
terapi yang berpusat pada klien (Client-Centered Therapy). Dasar dari terapi
humanistik eksistensial adalah penekanan keunikan setiap individu serta
memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan
dirinya. Teori humanistik eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan
humanistik eksistensial merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan
pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada
tarafnya yang tertinggi.
Dalam terapi ini
para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi terapis
bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan
membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pedekatan ini memberikan kontribusi
yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas
manusia terhadap manusia yang lain dalam proses terapeutik. Salah satu
pendekatan yang dikenal dalam terapi humanistik eksistensial adalah terapi yang
berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.
Terapis humanistik
eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan
bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Terapi humanistik eksistensial
menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum
bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak seseorang masih bayi. Perkembangan
kepribadian yang normal berlandasankan keunikan masing-masing individu.
1.
Konsep Dasar Pandangan Humasnistik Eksistensialis Tentang
Perilaku / Kepribadian
·
Kesadaran
diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari
dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan
manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada
seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
·
Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab
bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan
eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing).
·
Penciptaan
makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia
berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan
memberikan makna bagi kehidupan
2. Unsur – unsur Terapi
a.
Munculnya gangguan
Model humanistik
kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar
konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia
untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak
pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan
realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta
merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi
kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan
masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan
humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang
muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b.
Tujuan Terapi :
·
Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan
kesadaran diri da pertumbuhan.
·
Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi
potensi pribadi. membantu kliem menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan
memperluas kesadaran diri.
·
Membantu klien agar bebas dan bertanggung
jawab atas arah kehidupan sendiri.
c.
Peran Terapis
Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama
yang mencakup hal-hal berikut :
·
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi
ke pribadi
·
Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
·
Mengakui sifat timbale balik dari hubungan
terapeutik.
·
Berorientasi pada pertumbuhan
·
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan
klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
·
Mengakui bahwa putusan-putusan dan
pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
·
Memandang terapis sebagai model, bisa secara
implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
·
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan
pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
·
Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan
klien serta meningkatkan kebebasan klien.
3.
Tehnik – tehnik Terapi
Teori
eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara
ketat. Prosedur-prosedur terapi bisa dipungut dari beberapa teori terapi
lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas terapis di sini
adalah menyadarkan klien bahwa klien masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat
bermakna apabila klien memaknainya.
Adapun empat teknik dalam terapi ini :
a.
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih
dalam memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap klien untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik dan dianggap pantas.
b.
Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasi asumsi mereka terhadap
dunia.
c.
Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar
eksistensi diri diterima.
d.
Klien diajak untuk berfokus untuk bisa
melaksanakan apa yang telah pelajari tentang diri sendiri, kemudian klien didorong untuk mengaplikasian barunya
dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang
memiliki tujuan.
B.
Person
Centered Therapy (Rogers)
Pendekatan
person-centered therapy menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu
yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus
pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk
dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan. Konsep dasar dari
terapi ini adalah hal-hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self)
dan aktualisasi diri.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep
diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan
dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai "aku" atau
"diriku".
1.
Konsep dasar pandangan Carl Rogers tentang
perilaku / kepribadian
Konsep
diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang
disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri
organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran seseorang
atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
Saat
manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam
menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak
konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima
dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri
ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang
diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang
ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dengan
konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak
sehat. Individu yang sehat secara psikologis akan mellihat sedikit perbedaan
antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.
2.
Unsur – unsur terapi
a.
Munculnya Gangguan
Hambatan atas pertumbuhan
psikologis terjadi saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat, inkongruensi, sikap defensif, dan disorganisasi.
Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada kerentanan, kecemasan, dan ancaman
serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif yang tidak
bersyarat. Inkongruensi berkembang saat diri orgasmik dan diri yang dirasakan
tidak selaras. Saat diri organismik dan diri yang dirasakan tidak kongruen,
manusia cenedrung menjadi defensif serta menggunakan distorsi dan penyangkalan
sebagai usaha untuk mengurangi inkongruensi. Manusia yang mengalami
disorganisasi saat distorsi dan penyangkalan tidak cukup untuk menahan
inkongruensi. Orang-orang yang cenderung tidak menyadari inkongruensi mereka,
memungkinkan untuk merasa lebih cemas, terancam, dan defensif.
b.
Tujuan Terapi
Rogers (1980) memberikan
penjelasan sesuai dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa
mereka dihargai dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk
pertama kalinya mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered
therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan menerima
diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat
terhadap diri mereka.
c.
Peran Terapis
Dalam pandangan Rogers,
konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan
masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan
persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan
dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu
menumbuhkan hubungan konseling.
Selain
peranan diatas, peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi
dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara
optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat. Dalam suasana
yang demikian, konselor merupakan agen pembangunan yang mendorong terjadinya
perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat
langsung dalam proses perubahan tersebut.
3.
Teknik – teknik terapi
Secara garis besar,
teknik-teknik dalam person-centered therapy adalah:
·
Konselor menciptakan suasana komunikasi antar
pribadi yang merealisasikan segala kondisi
·
Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar
dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami
·
Konselor memungkinkan klien untuk
mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri,
dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.
C.
Logo
Terapi (Frankl)
1.
Konsep dasar pandangan Frankl tentang
perilaku / kepribadian
Logoterapi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos
berarti spirit (semangat) yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang manusia,
dan arti ini lebih antropologis daripada teologis. Kedua adalah meaning yaitu
nilai hidup sebagai seorang manusia. Singkatnya, logoterapi adalah sebuah teori
yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu asti dalam dan bagi eksistensi
manusia. Tiga konsep fundamental yang perlu kita ketahui dalam hubungan dengan
logoterapi, antara lain :
a.
Freedom of will (bebas dari kemauan)
Kebebasan yang dimaksud
disini adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri tegak apapun kondisi yang
dialami manusia. Manusia bebas menentukan sikap dalam menghadapi kondisi
disekitar, bebas membuat rencana di luar komponen komponen psikisnya. Lebih
merupakan bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, tetapi
menghadapi diri sendiri.
b.
Will-to-menaing
Merupakan kemampuan untuk
menemukan arti hidupnya. Will-to-meaning ini suaatu dorongan dasar yang
berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis di dunia.
Merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam
hidupnya. Will-to-meaning muncul dari keinginan pembawaan dasar manusia untuk
memberikan sedapat mungkin nilai bagi dirinya, untuk mengaktualisasikan
sebanyak mungkin nilai-nilai hidup manusia dalam dirinya.
c.
The meaning of life
Merupakan
arti hidup bagi seorang manusia. Arti hidup yang dimaksud adalah arti hidup
yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk di respon, karena kita semua
bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan tiddak hanya berupa
kata0kata tapi dalam bentuk tindakan.
Menurut Victor Frankl, makna hidup adalah hal-hal yang
dianggap sangat penting dan berharga sserta memberikan nilai khusus bagi
seseorang sehingga layak dijadikan tujuan hidup dalam kehidupan. Bila hal ini
berhasil dipenuhi, akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti
dan pada akhirnya akan menimbulkan perassaan bahagia.Kebahagiaan menurut Victor
Frankl merupakan hasil sampingan atau ganjaran atas keberhasilan meraih hidup
yang bermakna.
2.
Unsur – unsur terapi
a.
Munculnya Gangguan
Logoterapi inibiasanya
dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan
dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
b.
Tujuan Terapi:
·
memahami adanya potensi dan sumber daya
rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,
keyakinan dan agama yang dianutnya.
·
menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu
sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
·
memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit
kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala,
dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih
bermakna.
c.
Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan Terapis.
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat
dikemukakan secara singkat di bawah ini.
·
Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan
ilmiah.
Terapis pertama-tama harus
menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua
ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara
ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
·
Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis
tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy
digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan
masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta,
makna penderitaan, dan sebagainya.
·
Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang
spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk
melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan
dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
·
Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan
logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien
bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya
adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada
kepada hidupnya.
·
Memberi makna lagi pada penderitaan
Di sini, terapis harus
menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan
sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan
mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau
penderitaan.
·
Menekankan makna kerja
Tugas terapis adalah
memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh
orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap
orang dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan
dengan perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab
timbul dari kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
·
Menekankan makna cinta
Tugas terapis adalah
menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan
cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain
dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
3.
Teknik – teknik terapi
Dijelaskan
dalam Semiun (2006) teknik-teknik logoterapi terdiri atas intensi paradoksikal,
Derefleksi dan Bimbingan Rohani.
·
Intensi Paradoksikal
Teknik intensi paradoksikal
adalah teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap
klien terhadap situasi yang dialami. Jadi klien diajak mendekati dan mengejek
sesuatu (gejala) dan bukan menghindarinya atau melawannya. Teknik ini pada
dasarnya bertujuan lebih daripada perubahan pola-pola tingkah laku. Lebih baik
dikatakan suatu reorientasi eksistensial. Menurut logoterapi disebut antagonisme
psikonoetik yang mengacu pada kapasitas manusia untuk melepaskan atau
memisahkan dirinya tidak hanya dari dunia, tetapi juga dari dirinya sendiri.
·
Derefleksi
Frankl (dalam Semiun, 2006)
percaya, bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang
terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri
dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan
sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya
dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.
·
Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani adalah
metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana individu
berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan, atau dalam suatu keadaan
yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain menghadapinya.
Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan
menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya, dalam rangka menemukan makna di
balik penderitaan tersebut.
SUMBER
Corey,
Gerald.(2009). Toeri dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika
Adiatma
https://vanitya.wordpress.com/2015/06/13/245/
http://mariathahera11.blogspot.co.id/2015/04/terapi-humanistik-eksistensial.html
Latipun.(2008).Psikologi
Konseling.Malang: UMM Press
Bastaman,
Djumhana, dkk. (1995). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Cahyono,
J. B. S. B. 2011. Meraih kekuatan penyembuhan diri yang tak terbatas. Jakarta:
PT
http://showbiz.liputan6.com/read/2262271/menyesal-kecanduan-narkoba-rio-reifan-ingin-taubat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar