Nama
Anggota Kelompok :
-
Cut
Putrie Intan
-
Dian
Kartika
-
Dimas
-
Riantoro
Yogi S.
-
Ridka
O.
-
Septiyandi
-
Septian
Ari A.
A.
Rational Emotive Behavior Theraphy
Rational
Emotive Behavior Theraphy diciptakan oleh Dr. Albert Ellis.
Dia percaya bahwa perasaan marah, cemas, depresi bukan saja tidak perlu,
melainkan tidak etis, karena ketika kita membiarkan diri kita marah secara emosional.
Kita telah memperlakukan diri sendiri secara tidak adil. Berpikir negatif,
karena itu, adalah salah satu cara yang dapat kita tolak. Kita sendiri dapat
membuat diri kita menolak penderitaan.
Rational
Emotive Behavior Theraphy (REBT) pada dasarnya bekerja
berdasarkan emosi-emosi dasar manusia, akan tetapi pada saat yang bersamaan,
terapi REBT mendorong kita untuk mengetahui jenis emosi yang membantu dan
memisahkan emosi lainnya yang mencemplungkan kita dalam derita berkepanjangan.
Contoh praktis yang disodorkan
Ellis ketika kita melihat sebuah masalah adalah adanya keterlibatan tiga hal
sekaligus, yaitu perasaan, pikiran, dan tindakan. Sederhananya, ketika kita
berpikir pada saat yang sama kita juga merasakan dan bertindak. Ketika kita
bertindak, kita juga berpikir dan merasakan. Begitu pula ketika kita merasakan,
kita juga berpikir dan bertindak. Ketiga hal ini tidak terlepas dan berdiri
sendiri ketika kita menghadapi sebuah masalah.
Kehebatan terapi ini juga terletak
pada wawasan filosofis yang mendasari perspektif setiap orang pada umumnya
dalam melihat sebuah masalah. Tiga wawasan filosofis diperkenalkan disini
adalah : penerimaan terhadap diri sendiri
tanpa syarat, penerimaan terhadap orang lain tanpa syarat dan penerimaan terhadap
kehidupan tanpa syarat.
Penerimaan terhadap diri sendiri
tanpa syarat bekerja seperti ini, anda menilai pikiran, perasaan dan tindakan
yang berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan anda. Terapi ketika trio
pikiran, perasaam dan tindakan ini menggagalkan tujuan anda, anda tetap tidak
kehilangan diri anda. Anda adalah entitas anda pribadi yang tetap anda hormati
dan terima bahkan ketika anda gagal dan orang lain menilai anda buruk.
Penerimaan terhadap orang lain juga
meniscayakan hubungan yang sama ketika anda menilai perasaan, pikiran dan
tindakan terhadap diri sendiri. Orang lain boleh menilai anda jelek, tetapi
bukan orang itu sendiri yang anda permasalahkan. Terlepas dari baik buruknya
pandangan orang terhadap anda, anda tetap melihat bahwa mereka adalah manusia
seperti anda yang bisa berbuat salah.
B.
Terapi Perilaku (Behavior
Therapy)
Terapi perilaku adalah penerapan
yang sistematis, prinsip – prinsip belajar pada perubahan tingkah laku kearah
cara-cara yang lebih adaptif ditandai oleh :
1. kemusatan perhatian terhadap tingkah laku yang
tampak dan spesifik
2. kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatmen
3. perumusan prosedur treatmen yang spesifik yang
sesuai dengan masalah
4. penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi\
Terapi perilaku adalah suatu
pendekatan induktif yang berlandasan eksperimen-eksperimen, dan menerapkan
metode eksperimental pada proses terapi. Hal ini yang penting dalam proses
terapi ini adalah bahwa kondisi-kondisi
yang menjadi penyebab timbulnyaa perilaku bermasalah diidentifikasi, sehngga
kondisi-kondisi baru bisa diciptakan guna memodifikasi perilaku.
Tugas terapi utama adalah
mengisolasi tingkah laku masalah dan kemudian menciptakan cara-cara untuk
mengubahnya. Pada dasarnya terapi perilaku diarahkan pada tujuan tujuan
memperoleh perilaku baru, menghapuskan perilaku yang maladaptive, serta
memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Klien diminta untuk
menyatakan dengan cara cara yang jingkrit jenis jenis perilaku bermasalah yang
ingin dia ubah
Proses
– proses Terapi
1. Tujuan
Terapi
Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan
kondisi kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa segenap
tingkah laku adalah dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptive. Terapi
perilaku pada hakikatnya nya terdiri atas prises penghapusan hasil belajar yang
tidak adaptif yang pemberian pengalaman pengalaman belajar yang didalamnya
respon respon yang layak yang belum dipelajari
- Fungsi dan peran terapis
Terapu perilaku harus memainkan peran penting dan
direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah
pada pencarian pemecahan pemecahan bagi masalah masalah manusia. Terapis
perilaku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam
mendiagnosis tingkah laku yang maladaptive dan dalam menentukan prosedur
prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah kepada perilaku yang baru dan
adjustive
Krasner (1967) mengetakan bahwa peran terapis adalah
memanipulasi dan mengendalikan psikoterapi dengan pengetahuan dan kecakapannya
menggunakan teknik teknik belajar dalam suatu situasi perkiatan social. Terapis
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku dan nilai
manusisa lainnya. Suatu fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai
model. Bandura (1969) menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang
muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap
perilaku oranglain.
- Pengalaman klien dalam terapi
Terapi perilaku member klien peran yang ditentukan
dengan baik dan menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi klien dalam
proses terapeutik. Ia diberi keterangan yang cukup tentang teknik teknik yang
digunakan. Para terapis modifikasi perilaku, pertama tama harus memberikan
keterangnan rinci mengenai apa uang ada dan akan dilakuan pada setiap tahap
proses treatment, keterlibatab klien dalam proses terapeutik karenanya harus
dianggap sebahai kenyataan bahwa klien menjadi lebih aktif. Klien harus secara
aktif tertlibat dalam pemilihan dan menentuan tujuan tujuan, harus memiliki
motivasi untuk berubah dan bersedia untuk bekerjasa dalam melaksakan kegiatan
kegiatan terapeutik.
Suatu aspek yang penting dari peran klien dalam
terapi perilaku adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan perilaku baru
dengan maksud memperluas pembendaharaan perilaku adaptifnya. Klien dibantu
ungtuk mentransfer belajar yang diperolehnya didalam situasi terapi kedalam situasi
diluar terapi. Hal penting yang lainnya adalah kesediaan klien daln peran aktif
untuk memperluas dan menerapkan tingkahlaku barunya pada situasi situasi
kehidupan nyata dan bersedia mengambil resikonya.
- Hubungan antara terapis dank lien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah
satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik. Para terapus perilaku tidak
memainkan peran yang mengkerdilkan kliennya menjadi mesin mesin yang diprigram
yang memaksakan tekni teknik kepada klien. Factor factor yang cukup penting
dalam membangun hubungan antar terapis dengan klien adalah kehangatan, empatik,
keotentikan, sikap permisif dan penerimaan. Namun hal itu saja tidak cukup bagi
kemunculan perubahan perilaku dalam perilaju dalam proses terapi sehingga untuk
memperoleh derajat keefektifan, terapis terlebih dahullu harus mengembangkan
atmosfir kepercauaan dengan memperlihatkan bahwa (1) ia memahami dan menerima
pasien, (2) kedua orang diantaranya mereka bekerja sama dan, (3) terapi
memiliki alat yang berguna dalam membantu kearah yang dikehendaki klien.
- Penerapan: teknik teknik dan
prosedur terapeutik
Salah satu sumbangan terapi perilaku adalah
pengembangan prosedur prosedur terapi yang spesifik yang memiliki kemungkinan
untuk diperbaiki melalui metode ilmiah. Krumboltz dan Thorensen menyatakan bahw
konseling perilaku adlah suatu sistem uang mengoreksi dirinya sendiri.
Sebagaimana yang dinyatan oleh Krumboltz dan Thorensen, “teknik teknik yang
tidak berfungsi akan selalu disisihkan dan teknik teknik baru bisa dicoba”,
teknik teknik harus disesuaikan dengan kebutuhan kebutuhan individual klien dan
bahwa tidak pernah ada teknik yang diterapkan secara rutin pada setiap klien
tanpa disertai metode metode alternative untuk mencapai tujuan tujuan klien.
Pengevaluasian atas prosedur prosedur terapeutik dan perbaikan prosedur
prosedur diatas landasan pembuktian yang relevan
Teknik
teknik utama terapi perilaku
- Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis adalah salah satu uang
paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi sistematis
digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negative, dan ian
menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah
laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi sistematis juga melibatkan tekni
relaksasi, klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan
pengalaman pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang
divisualisasi.
- Prosedur Desensitisasi adalah
sebagai berikut:
· Mengukur
taraf anxiety (kecemasan) dan phobia
Dimulai dengan suatu analis tingkah laku aras
stimulus stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah
tertentu
· Melatih
orang untuk relaksasi
Pertama klien diberi lathan relaksasi yang terdiri
atas kontraksi, dan lambat laun pengenduran otot otot yang berbeda sanpai
tercapai suatu keadaan santai penuh. Hal yang penting adalah bahwa klien
mencapai keadaan tanang dan damai. Klien diminta untuk mempraktekkan relaksasi
diluar pertemuan terapeutik sekitar 30 menit setiap hari. Apabila klien telah
bisa belajar untuk santai dengan cepat maka prosedur Desensitisasi dapat
dimulai.
Terapi
Implosif
Teknik ini terdiri atas pemunculan
stimulus berkondisi secara berulang ulang tanpa pemberian penguatan.
Memunculkan stimulus stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi,
dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien. Alasan yang digunakan oleh
teknik ini adalah bahwa jika seseorang secara berulang ulang dihadapkan pada
suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi konsekuensi yang menakutkan
tidak muncul, maka kecemasan tereduksi atau terhapus
Prosedur
prosedur dalam penangan klien mencakup:
- Pencearian stimulus-stimulus apa
yang memicu gejala gejala apa
- Menaksir bagaimana gejala gejala
berkaitan dan bagaimana gejala gejala itu membentuk perilaku
- meminta kliean membayangkan sejelas
jelasnya apa yang dijabarkan
- mengulang prosedur prosedur
tersebut sampai kecamasan tidak lagi muncul
Latihan
Asertif
Latihan asertif bisa diterapkan
terutama pada situasu interpersonal dimana ndividu mengalami kesulitan untuk
menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan atau menegasjan diri adalah
tindakan yang layak atau benar. Latihan asertig akan membantu orang rang yang
1) tidak mampu mengungkapkan kemaran atau perasaan tersinggung 2) menunjukkan
kesopanan yang berlebuha dan selalu mendoronf orang lain untuk menduluinya, 3)
memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, 4) mengalami kesulitan untuk
mengungkapkan afeksi dan respon respong positif lainnya, 5) merasakan tidak
punya hak untuk memiliki perasaan perasaan dan pikiran sendiri
Latihan asertif menggunakan prosedur
prosedur permainan peran. Perilaku menegaskan diri pertama tama dipraktekkan
dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan perilaku menegaskan
diri itu diperaktekkan dalam situasi situasi kehidupan nyata. Terapis
memberikan bimbingan dengan memperlihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa
kembali kepada perilaku semula, tidak tegas, serta memberikan pedoman untuk
memperkuat perilaku menegaskan diri yang baru diperolehnya
Teknik
Aversi
Teknik teknik pengkondisian aversi
telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan gaungguan behavioral yang
spesifik, melibatkan pengasosian perilaku simtomatik dengan stimulus yang
menyakitkan sampai perilaku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.
Biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian yang membuat
mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau
penggunaan berbagai bentuk hukuman.
Teknik aversi adalah metode metode
yang digunakan para behavioris maupun secara luas sebagai metode metode untuk
membawa orang kepada perilaku yang diinginkan. Kendali kendali aversi bila
bekerja secara langsung dan tidak disadari bisa secara tidak langsung dan
terselubung. Misalnya seorang anak yang diberi hak istimewa jika dia
menyelaraskan diri dengan bertingkan laku sebagimana yang diharapkan dan
sebaliknya anak juga belajar menggunakan kendali aversi terhadap orangtuanya.
Dia belajar bahwa orang tuanya memiliki toleransi terhadap tangisan, teriakan,
permintaan dan rengekan, anak belajar bahwa pada akhirnya orangtuanya itu akan
memenuhi permintaanya.
Maksud prosedur aversif adalah
menyajikan cara cara menahan respon respon maladaptif dalam suatu periode
sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh perilaku alternatif yang adaptif
yang akan terbukti memperkuat dirinya sendiri. Pemberian hukuman tidak
dianjurkan, meskipun klien sendiri menginginkan penghapusan perilaku yang tidak
diinginkannya melalui hukuman.
Apabila tersedia alternative lain
selain hukuman maka hukuman jangan digunakan. Cara yang positif yang
mengarahkan kepada perilaku yang baru dan lebih layak harus dicari dan
digunakan sebelum terpaksa menggunakan penguat negative
Menurut Skinner, penguatan positif
jauh lebih efektif dalam pengendalian perilaku karena hasilnya lebi bisa
diramalkan serta kemungkina timbulnya perilaku yang tidak diingginkan akan
lebih kecil. Hukuman adalah sesuatu yang buruk yang meski bisa menekan perilaku
yang diinginkan, tidak melemahkan kecenderungan untuk merespon bahkan untuk
menekan perilaku tertentu. Akibat yang tidak diingin kan berkaitan dengan
penggunaan pengendalian aversif maupun pengendalian hukuman.
Pengokondisian
operan
Perilaku operam merupakn perilaku
yang beroperasi dilingkungan untuk menghasilkan akibat akibat. Merupakan
perilaku yang paling berarti dalam kehidupan sehari hari, mencakup membaca,
berbicara, berpakaian, makan dengan alat alat makan, bermain, dan lain lain.
Menurut Skinner, jika suatu perilaku diberi reward maka probabilitas kemunculan
kembali perilaku tersebut dimasa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang
menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola pola tingkah laku
merupakan inti dari pengondisian operan
Penguatan
positif
Pembentukan suatu pola perilaku
dengan memberikan reward atau penguatan segera setelah perilaku yang diharapkan
muncul afalah suatu sara yang ampuh untuk mengubah perilaku. Penguat primer
maupun sekunder diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Penguat primer
memuaskan kebutuhan fisiologis. Contoh nya makan dan tidur
Penguatan sekunder memuaskan
kebutuhan psikologi dan social memiliki nila karena berasosiasi dengan
pemerkuat primer. Contohnya senyuman, persetujuan, pujian, bintang bintang
emas, mendali, uang dan hadiah
Pembentukan
respon
Dalam pembentukan respon perilaku
sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsure unsure kecil dari
perilaku baru yang diinginkan secara berturut turut sampai mendekati perilaku
akhir. Berwujud pengembangan suatu respon yang mulanya tidak terdapat dalam
perbendaharaan perilaku individu. Penguatan sering digunakan dalam proses
pembentukan respon.
Penghapusan
Apabila suatu respon terus menerus
dibuat tanpa penguatan, maka respon tersebut cenderung menghilang karena pola
pola perilaku yng dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelh suatu
periode. Cara untuk menghapus yang maladaptive adalah menarik penguatan dari
perilaku maladaptive itu. Penghentian pemberian penguatan harus serentak dan
penuh. Dalam penghapusan perilaku yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa
perilaku yang tidak diinginkan itu mulanya bisa menjadi lebih buruk sebelu
akhirnya terhapus atau terkurangi.
Pemodelan
Individu mengamati seorang model
dan diperkuat untuk mencontoh perilaku sang model. Bandura mengatakan, segenap
belajar yang bisa diperoleh melalu pengalaman langsung dan dapat pula diperoleh
secara tidak langsung dengan mengamati perilaku orang lain berikut konsekuensi
konsekuensinya. Jadi kecakapan social tertentu bisa diperoleh dengan mengamati
dan mencontoh perilaku model model yang ada status dan kehormatan model sangat
berarti dan orang orang pada umunya dipengaruhi oleh perilaku model yang
menepati status yang tinggi dan terhormat.
Token
ekonomi
Dapat digunakan untuk membentuk
perilaku apabila persetujuan dan penguat penguat yang tidak ternabifestasi
dalam wujud fisik (verbal) tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi
perilaku yang layak diharapkan akan dpat ditukar dengan obejk hak istimewa yang
diinginkankan misalnya mendapatkan koin, permen, bonus, dan lain lain
Token ekonomi merupakan salah satu
contoh dari penguatan yang eksentrik yang menjadikan orang orang melakukan
sesuatu untuk meraih “pemikat di ujung tombak”. Tujuannya adalah mengubah
motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik.
C.
Terapi Kelompok (Group
Therapy)
Menurut Guze, Richeimer dan Siegel
(1997), terapi kelompok merupakan setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya
bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani
masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam terapi kelompok adalah:
- Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh
adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya
yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis
juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga
sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini
terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
- Tahap Assesmen dan Perencanaan
Intervensi
Terapis dan para
anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok
serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas
tempat atau ruangan pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama
pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
- Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota
untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling
mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam
pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan
tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan
umur.
Minat dan ketertarikan
individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang
memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai
kegiatan kelompok secara teratur.
- Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma,
harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap
ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi
yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis
memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
·
Taraf permulaan. Dalam langkah ini,
terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati
bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi
antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling
menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang
lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan
yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara
anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga
kerahasiaan.
·
Mengembangkan dan memelihara situasi
kelompok.
·
Melakukan diskusi, saling berbagi
pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
- Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini
terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah
dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah
terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan
pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai,
waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya,
serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Manfaat
Terapi Kelompok
- Dapat mengidentifikasi masalah
bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
- Dapat membantu klien untuk
meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari
mereka dapat saling mendukung
- Dapat membantu menghilangkan
perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
- Dapat membantu menghilangkan
kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
- Dapat mendorong klien untuk
membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
- Dapat membantu klien untuk
melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
- Dapat meningkatkan klien untuk
berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.
Kasus-kasus
yang Diselesaikan Dalam Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat menjadi
terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak
mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang
hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan
mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :
1) Kecanduan
alcohol, obat-obat terlarang dan rokok
2) Kekerasan
seksual
3) Stress
dalam menghadapi penyakit yang di derita
4) Trauma
5) Korban
bullying
6) Insomnia
7) Permasalahan
hubungan sosial
8) Orang
yang mengalami masalah emosional
9) Siswa
yang mengalami kesulitan belajar
SUMBER
·
Tomb,
D.A. (2003). Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC
·
Semiun,
Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.