Minggu, 29 Mei 2016

Rational Emotive Behavior Theraphy (KELOMPOK-Soft Skill Tugas 3)

Nama Anggota Kelompok :
-          Cut Putrie Intan
-          Dian Kartika
-          Dimas
-          Riantoro Yogi S.
-          Ridka O.
-          Septiyandi
-          Septian Ari A.

A.   Rational Emotive Behavior Theraphy
Rational Emotive Behavior Theraphy diciptakan oleh Dr. Albert Ellis. Dia percaya bahwa perasaan marah, cemas, depresi bukan saja tidak perlu, melainkan tidak etis, karena ketika kita membiarkan diri kita marah secara emosional. Kita telah memperlakukan diri sendiri secara tidak adil. Berpikir negatif, karena itu, adalah salah satu cara yang dapat kita tolak. Kita sendiri dapat membuat diri kita menolak penderitaan.
Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) pada dasarnya bekerja berdasarkan emosi-emosi dasar manusia, akan tetapi pada saat yang bersamaan, terapi REBT mendorong kita untuk mengetahui jenis emosi yang membantu dan memisahkan emosi lainnya yang mencemplungkan kita dalam derita berkepanjangan.
Contoh praktis yang disodorkan Ellis ketika kita melihat sebuah masalah adalah adanya keterlibatan tiga hal sekaligus, yaitu perasaan, pikiran, dan tindakan. Sederhananya, ketika kita berpikir pada saat yang sama kita juga merasakan dan bertindak. Ketika kita bertindak, kita juga berpikir dan merasakan. Begitu pula ketika kita merasakan, kita juga berpikir dan bertindak. Ketiga hal ini tidak terlepas dan berdiri sendiri ketika kita menghadapi sebuah masalah.
Kehebatan terapi ini juga terletak pada wawasan filosofis yang mendasari perspektif setiap orang pada umumnya dalam melihat sebuah masalah. Tiga wawasan filosofis diperkenalkan disini adalah : penerimaan terhadap diri sendiri tanpa syarat, penerimaan terhadap orang lain tanpa syarat dan penerimaan terhadap kehidupan tanpa syarat.
Penerimaan terhadap diri sendiri tanpa syarat bekerja seperti ini, anda menilai pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan-tujuan anda. Terapi ketika trio pikiran, perasaam dan tindakan ini menggagalkan tujuan anda, anda tetap tidak kehilangan diri anda. Anda adalah entitas anda pribadi yang tetap anda hormati dan terima bahkan ketika anda gagal dan orang lain menilai anda buruk.
Penerimaan terhadap orang lain juga meniscayakan hubungan yang sama ketika anda menilai perasaan, pikiran dan tindakan terhadap diri sendiri. Orang lain boleh menilai anda jelek, tetapi bukan orang itu sendiri yang anda permasalahkan. Terlepas dari baik buruknya pandangan orang terhadap anda, anda tetap melihat bahwa mereka adalah manusia seperti anda yang bisa berbuat salah.

B.   Terapi Perilaku (Behavior Therapy)

            Terapi perilaku adalah penerapan yang sistematis, prinsip – prinsip belajar pada perubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif ditandai oleh :
1. kemusatan perhatian terhadap tingkah laku yang tampak dan spesifik
2. kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatmen
3. perumusan prosedur treatmen yang spesifik yang sesuai dengan masalah
4. penaksiran objektif atas hasil-hasil terapi\
            Terapi perilaku adalah suatu pendekatan induktif yang berlandasan eksperimen-eksperimen, dan menerapkan metode eksperimental pada proses terapi. Hal ini yang penting dalam proses terapi ini adalah  bahwa kondisi-kondisi yang menjadi penyebab timbulnyaa perilaku bermasalah diidentifikasi, sehngga kondisi-kondisi baru bisa diciptakan guna memodifikasi perilaku.
            Tugas terapi utama adalah mengisolasi tingkah laku masalah dan kemudian menciptakan cara-cara untuk mengubahnya. Pada dasarnya terapi perilaku diarahkan pada tujuan tujuan memperoleh perilaku baru, menghapuskan perilaku yang maladaptive, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Klien diminta untuk menyatakan dengan cara cara yang jingkrit jenis jenis perilaku bermasalah yang ingin dia ubah
Proses – proses Terapi
1.      Tujuan Terapi
Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptive. Terapi perilaku pada hakikatnya nya terdiri atas prises penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif yang pemberian pengalaman pengalaman belajar yang didalamnya respon respon yang layak yang belum dipelajari
  1. Fungsi dan peran terapis
Terapu perilaku harus memainkan peran penting dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan pemecahan bagi masalah masalah manusia. Terapis perilaku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptive dan dalam menentukan prosedur prosedur penyembuhan yang diharapkan mengarah kepada perilaku yang baru dan adjustive
Krasner (1967) mengetakan bahwa peran terapis adalah memanipulasi dan mengendalikan psikoterapi dengan pengetahuan dan kecakapannya menggunakan teknik teknik belajar dalam suatu situasi perkiatan social. Terapis memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku dan nilai manusisa lainnya. Suatu fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model. Bandura (1969) menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap perilaku oranglain.
  1. Pengalaman klien dalam terapi
Terapi perilaku member klien peran yang ditentukan dengan baik dan menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi klien dalam proses terapeutik. Ia diberi keterangan yang cukup tentang teknik teknik yang digunakan. Para terapis modifikasi perilaku, pertama tama harus memberikan keterangnan rinci mengenai apa uang ada dan akan dilakuan pada setiap tahap proses treatment, keterlibatab klien dalam proses terapeutik karenanya harus dianggap sebahai kenyataan bahwa klien menjadi lebih aktif. Klien harus secara aktif tertlibat dalam pemilihan dan menentuan tujuan tujuan, harus memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia untuk bekerjasa dalam melaksakan kegiatan kegiatan terapeutik.
Suatu aspek yang penting dari peran klien dalam terapi perilaku adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan perilaku baru dengan maksud memperluas pembendaharaan perilaku adaptifnya. Klien dibantu ungtuk mentransfer belajar yang diperolehnya didalam situasi terapi kedalam situasi diluar terapi. Hal penting yang lainnya adalah kesediaan klien daln peran aktif untuk memperluas dan menerapkan tingkahlaku barunya pada situasi situasi kehidupan nyata dan bersedia mengambil resikonya.
  1. Hubungan antara terapis dank lien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik. Para terapus perilaku tidak memainkan peran yang mengkerdilkan kliennya menjadi mesin mesin yang diprigram yang memaksakan tekni teknik kepada klien. Factor factor yang cukup penting dalam membangun hubungan antar terapis dengan klien adalah kehangatan, empatik, keotentikan, sikap permisif dan penerimaan. Namun hal itu saja tidak cukup bagi kemunculan perubahan perilaku dalam perilaju dalam proses terapi sehingga untuk memperoleh derajat keefektifan, terapis terlebih dahullu harus mengembangkan atmosfir kepercauaan dengan memperlihatkan bahwa (1) ia memahami dan menerima pasien, (2) kedua orang diantaranya mereka bekerja sama dan, (3) terapi memiliki alat yang berguna dalam membantu kearah yang dikehendaki klien.
  1. Penerapan: teknik teknik dan prosedur terapeutik
Salah satu sumbangan terapi perilaku adalah pengembangan prosedur prosedur terapi yang spesifik yang memiliki kemungkinan untuk diperbaiki melalui metode ilmiah. Krumboltz dan Thorensen menyatakan bahw konseling perilaku adlah suatu sistem uang mengoreksi dirinya sendiri. Sebagaimana yang dinyatan oleh Krumboltz dan Thorensen, “teknik teknik yang tidak berfungsi akan selalu disisihkan dan teknik teknik baru bisa dicoba”, teknik teknik harus disesuaikan dengan kebutuhan kebutuhan individual klien dan bahwa tidak pernah ada teknik yang diterapkan secara rutin pada setiap klien tanpa disertai metode metode alternative untuk mencapai tujuan tujuan klien. Pengevaluasian atas prosedur prosedur terapeutik dan perbaikan prosedur prosedur diatas landasan pembuktian yang relevan
Teknik teknik utama terapi perilaku
  1. Desensitisasi sistematis
Desensitisasi sistematis adalah salah satu uang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negative, dan ian menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi sistematis juga melibatkan tekni relaksasi, klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi.
  1. Prosedur Desensitisasi adalah sebagai berikut:
·      Mengukur taraf anxiety (kecemasan) dan phobia
Dimulai dengan suatu analis tingkah laku aras stimulus stimulus yang bisa membangkitkan kecemasan dalam suatu wilayah tertentu
·      Melatih orang untuk relaksasi
Pertama klien diberi lathan relaksasi yang terdiri atas kontraksi, dan lambat laun pengenduran otot otot yang berbeda sanpai tercapai suatu keadaan santai penuh. Hal yang penting adalah bahwa klien mencapai keadaan tanang dan damai. Klien diminta untuk mempraktekkan relaksasi diluar pertemuan terapeutik sekitar 30 menit setiap hari. Apabila klien telah bisa belajar untuk santai dengan cepat maka prosedur Desensitisasi dapat dimulai.
Terapi Implosif
            Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang ulang tanpa pemberian penguatan. Memunculkan stimulus stimulus penghasil kecemasan, klien membayangkan situasi, dan terapis berusaha mempertahankan kecemasan klien. Alasan yang digunakan oleh teknik ini adalah bahwa jika seseorang secara berulang ulang dihadapkan pada suatu situasi penghasil kecemasan dan konsekuensi konsekuensi yang menakutkan tidak muncul, maka kecemasan tereduksi atau terhapus
Prosedur prosedur dalam penangan klien mencakup:
  1. Pencearian stimulus-stimulus apa yang memicu gejala gejala apa
  2. Menaksir bagaimana gejala gejala berkaitan dan bagaimana gejala gejala itu membentuk perilaku
  3. meminta kliean membayangkan sejelas jelasnya apa yang dijabarkan
  4. mengulang prosedur prosedur tersebut sampai kecamasan tidak lagi muncul
Latihan Asertif
            Latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasu interpersonal dimana ndividu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan atau menegasjan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Latihan asertig akan membantu orang rang yang 1) tidak mampu mengungkapkan kemaran atau perasaan tersinggung 2) menunjukkan kesopanan yang berlebuha dan selalu mendoronf orang lain untuk menduluinya, 3) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, 4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon respong positif lainnya, 5) merasakan tidak punya hak untuk memiliki perasaan perasaan dan pikiran sendiri
            Latihan asertif menggunakan prosedur prosedur permainan peran. Perilaku menegaskan diri pertama tama dipraktekkan dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan perilaku menegaskan diri itu diperaktekkan dalam situasi situasi kehidupan nyata. Terapis memberikan bimbingan dengan memperlihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa kembali kepada perilaku semula, tidak tegas, serta memberikan pedoman untuk memperkuat perilaku menegaskan diri yang baru diperolehnya
Teknik Aversi
            Teknik teknik pengkondisian aversi telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan gaungguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosian perilaku simtomatik dengan stimulus yang menyakitkan sampai perilaku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Biasanya berupa hukuman dengan kejutan listrik atau pemberian yang membuat mual. Kendali aversi bisa melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan berbagai bentuk hukuman.
Teknik aversi adalah metode metode yang digunakan para behavioris maupun secara luas sebagai metode metode untuk membawa orang kepada perilaku yang diinginkan. Kendali kendali aversi bila bekerja secara langsung dan tidak disadari bisa secara tidak langsung dan terselubung. Misalnya seorang anak yang diberi hak istimewa jika dia menyelaraskan diri dengan bertingkan laku sebagimana yang diharapkan dan sebaliknya anak juga belajar menggunakan kendali aversi terhadap orangtuanya. Dia belajar bahwa orang tuanya memiliki toleransi terhadap tangisan, teriakan, permintaan dan rengekan, anak belajar bahwa pada akhirnya orangtuanya itu akan memenuhi permintaanya.
Maksud prosedur aversif adalah menyajikan cara cara menahan respon respon maladaptif dalam suatu periode sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh perilaku alternatif yang adaptif yang akan terbukti memperkuat dirinya sendiri. Pemberian hukuman tidak dianjurkan, meskipun klien sendiri menginginkan penghapusan perilaku yang tidak diinginkannya melalui hukuman.
Apabila tersedia alternative lain selain hukuman maka hukuman jangan digunakan. Cara yang positif yang mengarahkan kepada perilaku yang baru dan lebih layak harus dicari dan digunakan sebelum terpaksa menggunakan penguat negative
Menurut Skinner, penguatan positif jauh lebih efektif dalam pengendalian perilaku karena hasilnya lebi bisa diramalkan serta kemungkina timbulnya perilaku yang tidak diingginkan akan lebih kecil. Hukuman adalah sesuatu yang buruk yang meski bisa menekan perilaku yang diinginkan, tidak melemahkan kecenderungan untuk merespon bahkan untuk menekan perilaku tertentu. Akibat yang tidak diingin kan berkaitan dengan penggunaan pengendalian aversif maupun pengendalian hukuman.
Pengokondisian operan
Perilaku operam merupakn perilaku yang beroperasi dilingkungan untuk menghasilkan akibat akibat. Merupakan perilaku yang paling berarti dalam kehidupan sehari hari, mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat alat makan, bermain, dan lain lain. Menurut Skinner, jika suatu perilaku diberi reward maka probabilitas kemunculan kembali perilaku tersebut dimasa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola pola tingkah laku merupakan inti dari pengondisian operan
Penguatan positif
Pembentukan suatu pola perilaku dengan memberikan reward atau penguatan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul afalah suatu sara yang ampuh untuk mengubah perilaku. Penguat primer maupun sekunder diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Penguat primer memuaskan kebutuhan fisiologis. Contoh nya makan dan tidur
Penguatan sekunder memuaskan kebutuhan psikologi dan social memiliki nila karena berasosiasi dengan pemerkuat primer. Contohnya senyuman, persetujuan, pujian, bintang bintang emas, mendali, uang dan hadiah
Pembentukan respon
Dalam pembentukan respon perilaku sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsure unsure kecil dari perilaku baru yang diinginkan secara berturut turut sampai mendekati perilaku akhir. Berwujud pengembangan suatu respon yang mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan perilaku individu. Penguatan sering digunakan dalam proses pembentukan respon.


Penghapusan
Apabila suatu respon terus menerus dibuat tanpa penguatan, maka respon tersebut cenderung menghilang karena pola pola perilaku yng dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelh suatu periode. Cara untuk menghapus yang maladaptive adalah menarik penguatan dari perilaku maladaptive itu. Penghentian pemberian penguatan harus serentak dan penuh. Dalam penghapusan perilaku yang tidak diinginkan harus mencatat bahwa perilaku yang tidak diinginkan itu mulanya bisa menjadi lebih buruk sebelu akhirnya terhapus atau terkurangi.
Pemodelan
Individu mengamati seorang model dan diperkuat untuk mencontoh perilaku sang model. Bandura mengatakan, segenap belajar yang bisa diperoleh melalu pengalaman langsung dan dapat pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati perilaku orang lain berikut konsekuensi konsekuensinya. Jadi kecakapan social tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh perilaku model model yang ada status dan kehormatan model sangat berarti dan orang orang pada umunya dipengaruhi oleh perilaku model yang menepati status yang tinggi dan terhormat.
Token ekonomi
Dapat digunakan untuk membentuk perilaku apabila persetujuan dan penguat penguat yang tidak ternabifestasi dalam wujud fisik (verbal) tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi perilaku yang layak diharapkan akan dpat ditukar dengan obejk hak istimewa yang diinginkankan misalnya mendapatkan koin, permen, bonus, dan lain lain
Token ekonomi merupakan salah satu contoh dari penguatan yang eksentrik yang menjadikan orang orang melakukan sesuatu untuk meraih “pemikat di ujung tombak”. Tujuannya adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang instrinsik.



C.   Terapi Kelompok (Group Therapy)

            Menurut Guze, Richeimer dan Siegel (1997), terapi kelompok merupakan setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam terapi kelompok adalah:
  1. Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya  yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
  1. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
  1. Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.

  1. Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
·         Taraf permulaan. Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
·         Mengembangkan dan memelihara situasi kelompok.
·         Melakukan diskusi, saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
  1. Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Manfaat Terapi Kelompok
  1. Dapat mengidentifikasi masalah bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
  2. Dapat membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari mereka dapat saling mendukung
  3. Dapat membantu menghilangkan perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
  4. Dapat membantu menghilangkan kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
  5. Dapat mendorong klien untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
  6. Dapat membantu klien untuk melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
  7. Dapat meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.
Kasus-kasus yang Diselesaikan Dalam Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat menjadi terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :
      1)      Kecanduan alcohol, obat-obat terlarang dan rokok
      2)      Kekerasan seksual
      3)      Stress dalam menghadapi penyakit yang di derita
      4)      Trauma
      5)      Korban bullying
      6)      Insomnia
      7)      Permasalahan hubungan sosial
      8)      Orang yang mengalami masalah emosional
      9)      Siswa yang mengalami kesulitan belajar






SUMBER

·         Tomb, D.A. (2003). Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta: EGC

·         Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar